Oleh: Moh. Syafi'il Anam al-Syafi'i
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkaji tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, agaknya dalam hal ini terlalu berat dan memerlukan adanya tenaga serta pikiran yang ekstra. Hal ini dikarenakan cakupan pembahasan ilmu pengetahuan amatlah luas dan spasio temporal yang panjang. Idealnya
sejarah adalah rekam jejak tentang semua rentetan peristiwa yang telah
terjadi, yang berfungsi sebagai pengungkap segala sesuatu sesuai dengan
fakta yang ada tanpa adanya distorsi sedikitpun, namun dalam
kenyataannya ia hanya mengungkap sebagian rentetan peristiwa tersebut
dan tidak bisa lepas sepenuhnya dari rekayasa yang biasanya dilakukan
oleh penguasa politik. Realitas problemik semacam ini pernah terjadi,
hal ini tidak bisa dianggap sebagai persoalan remeh bahkan harus
diluruskan, karena menyangkut dan memengaruhi khazanah keilmuan generasi
selanjutnya sebagai aktor sejarah berikutnya. Apalagi sejarah yang
dimaksud dalam pembahasan ini adalah sejarah atau periodisasi tentang
perkembangan ilmu pengetahuan yang merupakan faktor penting dalam
kehidupan manusia. Untuk itu, perlu adanya upaya yang sungguh-sungguh serta tanggung jawab moral dan akademik dalam pemaparan sejarah.
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini
tidaklah berlangsung secara tiba-tiba, melainkan melalui proses bertahap
dan evolutif. Karenanya, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik.
Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan
ciri khas tertentu. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa
mengacu kepada peradaban Yunani. Hal ini didukung oleh beberapa faktor,
antara lain: mitologi bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh
ilmu pengetahuan pada waktu itu yang sudah sampai di Timur Kuno. Terjadi
perkembangan ilmu pengetahuan di setiap periode dikarenakan
pola pikir manusia yang mengalami perubahan dari mitos-mitos menjadi
lebih rasionil. Manusia menjadi lebih proaktif dan kreatif menjadikan
alam sebagai objek penelitian dan pengkajian. Oleh Karena itu, dalam
makalah singkat ini, penulis akan memaparkan tentang perbedaan antara
pengetahuan an sich dengan ilmu pengetahuan dan sejarah atau
periodisasi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa,
yang hal ini merupakan sebatas akumulasi pengetahuan yang dipahami oleh
penulis dan tidak menutup kemungkinan adanya khilaf dan keterbatasan
literatur yang dipakai dalam menuliskan sekelumit makalah singkat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu pengetahuan?
PEMBAHASAN
A. Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Sebelum memaparkan periodisasi atau sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan, pertama-tama janganlah kita kacaukan antara
pengetahuan (pengetahuan biasa atau knowledge) dengan ilmu pengetahuan (science).[1]
Harus dipahami bahwa ada perbedaan antara pengetahuan dan ilmu
pengetahuan agar tidak terjebak pada kesalahpahaman mengenai keduanya,
sehingga kita bisa memahami dengan mudah dan benar apa yang dimaksud
dengan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dalam makalah ini.
Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.
Pada perkembangan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti
sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam bahasa
Jerman wissenschaft.[2] Ilmu
adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan
terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara
itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan
adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan.[3] Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu.[4]
Uraian singkat di atas menggiring kita pada kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan di sini adalah ilmu bukan
pengetahuan. Ilmu beraneka-ragam. Maskoeri Jasin membagi ilmu pengetahuan ke tiga kategori besar. Pertama, Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi psikologi, pendidikan, antropologi, etnologi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Kedua,
Ilmu Pengetahuan Alam yang meliputi fisika, kimia, dan biologi (botani,
zoologi, morfologi, anatomi, fisiologi, sitologi, histologi, dan
palaentologi). Ketiga, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa yang meliputi
geologi (petrologi, vulkanologi, dan mineralogi), astronomi, dan
geografi (fisiografi dan geografi biologi).[5]
Karena luasnya cakupan ilmu pengetahuan, dalam makalah ini penulis
hanya memfokuskan pada sejarah perkembangan sebagian ilmu dari masa ke
masa yang terekam oleh literatur-literatur sejarah yang ada dan
menyebutkan sebagian tokoh serta karya-karya monumental di balik
penemuan teori ilmu dan pengembangannya.
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Terlepas dari adanya pelbagai perbedaan para ahli dalam mendefinisikan term
sejarah, penulis lebih sependapat dengan apa yang ditulis oleh Mohammad
Amien Rais, bahwa sejarah adalah kontinuitas antara masa lampau, masa
sekarang dan masa depan.[6]
Dalam menela’ah sejarah, hal ini dapat dilihat dari segi kronologis dan
geografis, yang bisa dilihat dengan kurun waktu dimana sejarah itu
terjadi. Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu
pengetahuan memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu. Tetapi dalam
pembagian periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan ada perbedaan dalam
jumlahnya dalam berbagai literatur [sepanjang penulis ketahui].[7] Maka dari itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
secara mudah, disini telah dilakukan elaborasi dan klasifikasi atau
pembagian secara garis besar. Berikut adalah uraian singkat dari
masing-masing periode atau sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari
masa ke masa.
1. Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Purba)
Pada era ini, secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Zaman Batu Tua
Zaman batu tua disebut juga masa prasejarah.[8] Era ini berlangsung sekitar empat juta tahun SM (sebelum Masehi) sampai 20.000 atau 10.000 tahun SM.[9]
Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, di antaranya adalah
menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang,
mengenal cocok taman dan beternak, dan dalam kehidupan sehari-hari
didasari dengan pengamatan primitif menggunakan sistem trial and error (mencoba-coba dan salah) kemudian bisa berkembang menjadi know how.[10]
Pada zaman batu tua, yang menjadi tokoh utama disebut-sebut dengan
manusia purba. Belum ditemukan secara spesifik data diri mereka, tetapi
yang terlihat secara jelas adalah hasil karya mereka. Karya-karya mereka
yang fenomenal adalah peralatan yang terbuat dari batu dan tulang.
b. Zaman Batu Muda
Era ini berlangsung tahun 10.000 SM sampai 2.000 SM atau abad 100 sampai
20 SM. Di zaman ini telah berkembang kemampuan-kemampuan yang sangat
signifikan. Kemampuan itu berupa tulisan (dengan gambar dan symbol),
kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan
kemampuan menghitung. Dalam zaman ini juga berkembang masalah
perbintangan, matematika, dan hukum. Pada zaman batu muda sudah ada
kerajaan-kerajaan besar yang ikut andil dalam mengukir sejarah. Kerajaan
itu adalah Mesir, Babylon, Sumeria, Niniveh, India , dan Cina.
Karya-karya yang didapat dari zaman ini berupa batu Rosetta (Hieroglip),
segitiga dengan unit 3, 4, 5 (segitiga siku-siku), nilai logam sebagai
nilai tukar, perundangan yang ditulis, lukisan di dinding gua, tulisan
Kanji (Pistographic Writing), dan zodiac.[11]
c. Zaman Logam.
Zaman ini berlangsung dari abad 20 SM sampai abad 6 SM. Pada zaman ini
pemakaian logam sebagai peralatan sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan,
peralatan masak, atau bahkan peralatan perang. Pada zaman Logam
didominasi oleh kerajaan Mesir. Tetapi kerajaan Cina dan Sumeria juga
masih mempunyai peran. Pada masa ini karya-karya yang ada berupa
didominasi dengan alat-alat yang terbuat dari besi dan perunggu. Seni
membuat patung juga menjadi karya fenomenal pada masanya, bahkan sampai
saat ini. Contohnya adalah karya-karya dari Mesir, seperti patung istri
raja Fir’aun (Neferitti).[12]
Menurut Soetriono dan SDRm Rita Hanafie, masa sejarah dimulai kurang
lebih 15.000 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini pengetahuan
manusia berkembang lebih maju. Mereka telah mengenal membaca, menulis,
dan berhitung. Kebudayaan mereka pun mulai berkembang di berbagai tempat
tertentu, yaitu Mesir di Afrika, Sumeria, Babilonia, Niniveh, dan
Tiongkok di Asia, Maya dan Inca di Amerika Tengah. Mereka sudah bisa
menghitung dan mengenal angka.[13]
2. Zaman Yunani Kuno
Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu
mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di
Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada
ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya.[14] Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap
menerima segitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan
subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya.[15]
Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan terkemuka. Ada beberapa nama yang popular pada masa ini, yaitu :
a. Thales (624-545 SM) dari Miletus.
Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Yesus terlahir, muncullah sosok pertama dari tridente Miletus yaitu Thales
yang menggebrak cara berfikir mitologis masyarakat Yunani dalam
menjelaskan segala sesuatu. Sebagai Saudagar-Filosof, Thales amat gemar
melakukan muhibah. Ia bahkan pernah melakukan lawatan ke Mesir. Thales adalah filsuf pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi dasar alam.[16]
b. Pythagoras (580 SM–500 SM)
Pythagoras lahir di Samos (daerah Ioni), tetapi kemudian berada di Kroton (Italia Selatan).[17] Ia adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai “Bapak Bilangan”, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema
ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema
ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali
membuktikan pengamatan ini secara matematis. Selain itu, Pythagoras
berhasil membuat lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society.
Selain itu, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang teori
tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan hubungan antara nada
dengan panjang dawai.
c. Socrates (469 SM-399 SM)
Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli
filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.
Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga
mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran
Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos,
yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena
itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat
moral, dan juga filsafat secara umum.[18]
d. Plato (427 SM-347 SM)
Ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (Politeia)
di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan “ideal”.
Selain itu, ia juga menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna.
e. Aristoteles (384 SM- 322 SM)
Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara itu, di bidang politik,
Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan
dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari kontribusinya, yang paling
penting adalah masalah logika dan Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning),
yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap
pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian
ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan
berpikir induktif (inductive thinking).
Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang
dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir (syllogisme).
Selain nama-nama diatas, masih ada filosof-filosof seperti Anaximander (610 SM-546 SM) dengan diktum falsafinya bahwa permulaan yang pertama, tidaklah bisa ditentukan (Apeiron), karena tidaklah memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. Anaximenes yang hidup pada abad ke 6 SM., masih satu generasi dengan Anaximander, ia berpendapat bahwa zat yang awal ada adalah udara. Ia menganggap bahwa semuanya di alam semesta dirasuki dengan udara. Demokreitos (460-370 SM), ia mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi, sehingga ia dikenal sebagai “Bapak Atom Pertama”. Empedokles (484-424 SM) adalah seorang filsuf Yunani berpendapat bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar yang ia sebut sebagai akar, yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain itu, ia menambahkan satu unsur lagi yang ia sebut cinta (philia).
Hal ini dilakukannya untuk menerangkan adanya keterikatan dari satu
unsur ke unsur lainnya. Empedokles juga dikenal sebagai peletak dasar
ilmu-ilmu fisika dan biologi pada abad 4 dan 3 SM. Dan juga Archimedes, (sekitar 287 SM-212 SM) ia adalah seorang ahli matematika, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Archimedes,
dianggap sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal
ini didasarkan pada temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem
katrol (yang didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian
saja), dan ulir penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat
menunjukkan gerak matahari, bulan, planet-planet, dan kemungkinan
konstelasi di langit. Di bidang matematika, penemuannya terhadap nilai p (phi)
lebih mendekati dari ilmuan sebelumnya. Dari karya-karyanya yang
bersifat eksperimental, ia kemudian dijuluki sebagai, “Bapak IPA
Eksperimental”.[19]
3. Zaman Pertengahan
Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula
zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut
dengan zaman kegelapan (The Dark Ages). Zaman ini ditandai dengan
tampilnya pada Theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Sehingga para
ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah para Theolog. Begitu
pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka lakukan harus berdasar atau
mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah
terkait erat dengan aktivitas keagamaan. Pada zaman ini filsafat sering
dikenal dengan sebagai Anchilla Theologiae (Pengabdi Agama).[20] Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah dipakainya karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.
Ketika Bangsa Eropa mangalami masa kegelapan, kebangkitan justru menjadi
milik Islam. Hal ini dimulai dari munculnya Nabi Muhammad SAW pada abad
ke-6 M, perluasan wilayah, pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat
Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan Islam pada abad ke-7 M sampai abad
ke-12 M. Pada masa ini Islam mandapatkan masa keemasannya (Golden Age).
Selain itu, pada abad ini terjadi perkembangan kebudayaan di Asia Selatan dan Timur, seperti Ajaran Lao Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius
(konsep kode etik luhur mangatur akal sehat). Pada masa kegelapan ini
ilmu pengetahuan di Eropa tidak berkembang. Karya ilmuwan yang masih
menjadi pegangan hanya karya Aristoteles. Pada abad 12 M, yang diklaim
sebagai awal mula zaman Renaissance telah muncul beberapa nama yang
mempelopori di bidang ilmu dan eksperimen, yaitu:
a) Roger Bacon (1214 M - 1294 M), juga dikenal dengan sebutan Doctor Mirabilis (guru yang sangat mengagumkan). Ia adalah seorang filsuf Inggris yang meletakkan penekanan pada empirisme, dan dikenal sebagai salah seorang pendukung awal metode ilmiah
modern di dunia Barat. Teorinya menyatakan bahwa apa yang menjadi
landasan awal dan ujian akhir dari semua ilmu pengetahuan adalah
pengalaman, dan syarat mutlak untuk mengolah pengetahuan adalah dengan
matematika. Sehingga ia dikenal sebagai pelopor empirisme
b) Thomas Aquinas (1225 M -1274 M) adalah seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia. Ia terutama menjadi terkenal karena dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya utamanya: Summa Theologiae (Ikhtisar Teologi). Selain itu, karya Theologis Thomas yang sangat terkenal adalah “Summa Contra Gentiles (Ikhtisar Melawan Orang-Orang Kafir)”
c) Gerard van Cremona (1114 M -1187 M), adalah seorang penerjemah Arab
karya ilmiah. Dia adalah salah satu orang paling penting di Toledo. Ia
menerjemahkan sekitar 70 bahasa Arab dan karya-karya klasik Yunani ke
dalam bahasa Latin termasuk karya Euclidius, Al-Farabi, Al-Farghani dan karya-karya lain.
d) Giovanni Boccaccio (1313 M - 1375 M) adalah seorang Italia penulis dan penyair. Karya yang dihasilkan dalam periode ini meliputi Filostrato dan Teseida, Filocolo, sebuah versi prosa yang ada roman Prancis, dan La Caccia di Diana, sebuah puisi dalam daftar sajak oktaf neapolitan perempuan. Boccaccio terus bekerja, memproduksi Comedia delle ninfe fiorentine (juga dikenal sebagai Ameto) campuran prosa dan puisi, tahun 1341, menyelesaikan lima puluh canto puisi alegoris Amorosa visione di 1342 M, dan Fiammetta di 1343 M. Salah satu karya terakhirnya di Italia, satu-satunya karya penting lainnya adalah Corbacci.[21]
Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah
berkembang kerajaan bangsa Arab yang dipengaruhi dengan Islam. Dengan
berkembangnya pengaruh Islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh
ilmuwan Islam yang berperan dalam perkembangan Ilmu. Dengan
berkembanganya pengaruh islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh
ilmuwan yang berperan dalam perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai
berikut :
a. Al-Kindi
(801 M-873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari
kalangan islam. Al-kindi menuliskan banyak karya dalam bidabg goemetri,
astronomi, aritmatika, musik (yang dibangunya dari berbagai prinsip
aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorology, dan politik.
b. Al-Farābi
(870 M-950 M) adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat
ulung di dunia islam. Kontribusinya terletak di berbagai bidang
matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-farabi telah membuat
berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang
musik, kitab al-Musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah al-Madīnah al-Fadhīlah
(kota atau Negara utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian
melalui kehidupan politik dan hubungan antara razim yang paling baik
menurut pemahaman dengan hukum Ilāhian Islam.
c. Al-Khawārizmi (780 M-850 M), hasil pemikiran berdampak besar pada matematika, yang terangkum dalam buku pertamanyanya, al-Jabar, selain itu karyanya adalah al-Kitāb al-Mukhtasar fi Hisab Al-jabr Wa’al-Muqalaba (buku rangkuman untuk kulturasi dengan melengkapkan dan menyeimbangkan), kitab surat al-Ardh (Pemandanganan Bumi). Karyanya tersebut sampai sekarang masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
d. Ibnu
Sina (980 M-1037 M) di kenal sebagai Avicenna di dunia barat. Ia
adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang
beliau adalah bapak pengobatan modern dan masih banyak lagi
sebutan baginya yang berkaitan dengan karya-karyanya di bidang
kedokteran. Karyanya merupakan rujukan di bidang kedokteran selama
berabad-abad.
e. Al-Ghazāli
(1058 M-111 M) adalah seorang filsuf dan theolog muslim Persia, yang
dikenal sebagai Algazel di dunia Barat. Karya beliau berupa kitab-kitab,
antara lain kitab al-Munqidih min Adh-Dalāl, al-Risālah al-Quadsiyyah, dan Mizan al-Amāl.
f. Ibnu
Rusyd (1226 M – 1198 M), yang bahasa latin di sebut dengan Averroes,
dan dia adalah filsuf dari spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd
meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fiqih dalam bentuk karangan,
ulasan, essai, dan resume. Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih
terkenal dalam filsafat Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat
Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru lahir.
Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap para skolastik,
tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional,
yang menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof
profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan
Franciscan dan di Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang
mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan mulai membangun kembali
peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad lamanya yang terwujud
dengan lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.[22]
g. Ibnu
Khaldun (1332 M-1406 M), adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia
dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi
dan ekunomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (pendahuluan).
h. Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert (721 M-815 M), dia adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.
i. Al-Razi
(856 M-925 M), yang dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter klinis
ynag terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan suatu penelitian al-Kimi atau lebih dikenal dengan sebutan ilmu kimia. Beliau mengarang Ensiklopedia ilmu kedokteran yang berjudul Contenens.
j. Ibnu
Haitam dikenal dalam kalangan cerdik pandai di barat, dengan nama
Alhazen, Dia adalah seorang ilmuwan islam yang ahli dalam bidang sains,
falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula
melakukan penyelidikan mengenai cahaya dan telah memberiakn ilham kepada
ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan
mikroskop dan teleskop.
k. Al–Battāni
(850 M-929 M), memberikan kontribusi untuk astronomi dan matematika.
Dalam astronomi, al–Battāni juga meningkatkan ketepatan pengukuran
presesi sumbu bumi.[23]
Selain dari daftar nama ilmuwan di atas, masih banyak lagi ilmuwan
muslim yang lain. Dalam bidang fiqih ada Imam Hanāfi (699M-767 M), Imam
Mālik (712 M-798 M), Imam Syafi’i (767 M-820 M) dan Imam Hanbali (780
M-855 M) yang besar dengan kitab masing-masing. Sementara dalam bidang
sosial, terdapat nama Yaqut bin Abdullah al-Hamāwi (1179 M-1229 M) yang
mengarang kitab Mu’jam al-Buldan (Kamus Negara). Ibnu Yunis, yang
menggabungkan dokumen-dokumen penelitian yang dibuat 200 tahun
sebelumnya dan menyiapkannya untuk tabel astronomi Hakimite. Umar
al-Khayyām, yang dikenal dengan karya kalender Jalali-nya yang sempurna dan dipakai di Persia untuk penanggalan. Cendekiawan seperti Will Durant dan Fielding H. Garrison, kimiawan Muslim dianggap sebagai pendiri kimia. Abu Rayhan al-Biruni sebagai perintis indologi, geodesi dan antropologi.
Sebagian bangsa di Asia juga mulai memperlihatkan perkembangan ilmu mereka. Dari Cina ada salah satu contoh terbaik akan Shen Kuo (1031 M - 1095 M), seorang ilmuwan dan negarawan yang pertama kali menggambarkan magnet-jarum kompas yang digunakan untuk navigasi, menemukan konsep utara sejati, perbaikan desain astronomi Gnomon, armillary bola, penglihatan tabung, dan clepsydra, dan menggambarkan penggunaan drydocks untuk memperbaiki perahu. Selain itu, Shen Kuo juga menyusun teori pembentukan tanah, atau geomorfologi. Ada juga Su Song
(1020 M - 1101 M) juga seorang astronom yang menciptakan langit bintang
atlas peta, menulis sebuah risalah farmasi dengan subyek terkait botani, zoologi, mineralogi, dan metalurgi, dan telah mendirikan besar astronomi clocktower di Kaifeng pada tahun 1088.[24]
4. Zaman Renaissance
Zaman ini berlangsung pada awal abad 14 M sampai dengan abad 17 M.
Renaissance sering diartikan denagn kebangkitan, peralihan, atau lahir
kembali (rebirth), yaitu di lahirkan kembali sebagai manusia yang bebas
untuk berpikir , dan jauh dari ajaran-ajaran agama.
Tokoh-tokoh ilmuwan yang berpengaruh di masa ini ialah sebagai berikut :
a. Nicolaus
Capernicus (1473 M-1543 M), adalah seorang astronom, matematikawan, dan
ekunom yang berkembangsaan Polandia. Ia mengembangkan Teori Heliosentris (Tata Surya berpusat di matahari).
b. Galileo
Galilei (1564 M-1642 M), adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan
Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah. Sumbangannya
dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan teleskop (dengan 32 x
pembesaran) dan berbagai observasi astronomi. Dia adalah orang pertama
yang melukiskan tata surya seperti yang kita kenal sekarang.
c. Tycho
Brahe (1546 M-1601 M), adalah seorang bangsawan Denmark yang terkenal
sebagai astronom/astrolog dan alkimiawan. Tycho adalh astronom pengamat
paling menonjol di zaman pra –teleskop. Akurasi pengamatannya pada
posisi bintang dan planet tak tertandingi pada masa itu.
d. Johannes Kepler (1571 M-1630 M), adalah astronom jerman, Matematikawan dan astrolog. Ia paling di kenal melalui hukum gerakan planetnya. Kepler juga ahli optic dan astronomi. Penjelasannya tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku Supplement To Witelo, Expounding The Optical Part Of Astronomy. Ia orang pertama yang menjelaskan cara kerja mata.
e. Fancies
Bacon (1561 M-1626 M), adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis
Inggris. Karya-karyanya antar lain membangun dan mempopulerkan
motodologi induksi untuk penelitian ilmiah, sering kali disebut metode
Baconian.[25]
5. Zaman modern
Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M. Tetapi,
indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung
hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan ditandai dengan adanya
penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah.[26]
Menurut Slamet Iman Sontoso, ada tiga sumber pokok yang menyebabkan
berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan
antara kerajaan Islam di Semenanjung Liberia dengan negara Perancis,
terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke
tangan Turki pada tahun 1453.[27]
Zaman ini sudah dimulai sejak abad 14 M. zaman ini juga dikenal sebagai
masa rasionalisme yang tumbuh di zaman modern karena munculnya berbagai
penemuan ilmu pengetahuan. Tokoh yang menjadi pioner pada masa ini
adalah Rene Decrates, Isaac Newton, Charles Darwin, dan JJ. Thompson.
Keterangan lebih lengkap sebagai berikut :
a. Isaac
Newton (1643 M-1727 M ), adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli
astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan theolog. Dia di katakana
sebagai “Bapak ilmu fisika klasik”. Karyanya yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica
menjabarkan tentang hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang
mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad ini.
b. Rene Descartes (1596 M-1650 M), ia di kenal sebagai Renatus Cartesius,
adalah seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Descartes kadang di
panggil “Penemu filsafat Modern” dan “Bapak matematika modern”.
Pemikirannya yang menggunakan revolusi adalah semuanya tida ada yang
pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang berfikir.
c. Charles
Robert Darwin 1809 M-1882 M) adalah seorang naturalis yang teori
revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan
prinsip garis keturunan yang sama (common Descent) dengan
mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teorinya yang paling
menggemparkan adalah “Nenenk moyang manusia adalah kera”.
d. Joseph
John Thompson (1856 M-1940 M) adalah seorang ilmuan dengan
penelitiannya yang membuahkan penemuan Elektron. Thompson mengungkapkan
bahwa gas mampu mengantarkan listrik. Ia menjadi seorang perintis ilmu
fisika nuklir. Dia juga menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis
atom dan sinar molekul yang berbeda dengan menggunakan sinar positif.[28]
Selain pioneer di atas masih banyak ilmuwan lain yang memegang peran dalam perkembangan ilmu. Diantaranya seperti Michael Faraday (1791 M -1867 M) yang mendapat julukan “Bapak Listrik“, karena berkat usahanya listrik menjadi teknologi yang banyak gunanya, dan Blaise Pascal (1623 M-1662 M) adalah seorang ahli matematika, fisika, dan agama filsuf. Karyanya berupa kontribusi penting pada pembangunan mekanis kalkulator. Kemudian dari perkembangan ilmu sosial, muncul nama Auguste Comte (1798 M-1857 M). Menurut Thoyibi, ia adalah tokoh yang mengusung “Filsafat Positivisme” dengan karyanya Cours De Philosophie Positive
(Uraian tentang filsafat positivisme). Istilah dari “positif” ini
sebagai sesuatu yang nyata, tepat, pasti, dan memberi manfaat.[29]
6. Zaman Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini.
Zaman ini ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan
spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini
bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan
oleh para filsuf. Hal ini disebabkan karena fisika dipandang sebagai
dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur
fundamental yang membentuk alam semesta.
Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil
penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan
banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi titik pusat
perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada
abad ke-20 adalah Albert Einstein.[30] Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan “pengabdiannya bagi Fisika Teoretis”. Karyanya yang lain berupa gerak Brownian, efek fotolistrik, dan rumus Einstein yang paling dikenal adalah E=mc². Di artikel pertamanya di tahun 1905 bernama “On the Motion-Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat-of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid“, mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik
cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena,
yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade
setelah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar
pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga kontroversial.
Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan kimia, pada zaman ini disebut dengan “Sains Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang sebuah buku yang berjudul The Nature of Chemical Bond menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian, karya Pauling memuncak dalam pemodelan fisik DNA, “rahasia kehidupan”. Pada tahun ini juga James D. Watson, Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik
untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini memicu
rekayasa genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh
manusia genom (dalam Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi memiliki manfaat medis yang besar.
Pada tahun yang sama, percobaan Miller-Urey dibuktikan dalam sebuah simulasi proses primordial, yang merupakan unsur dasar protein, sederhana asam amino, bisa dibangun sendiri dari molekul sederhana. Pada tahun 1925, Werner Heisenberg dan Erwin Schrödinger memformulasikan mekanika kuantum, yang menjelaskan teori kuantum sebelumnya. Kemudian ada juga pengamatan oleh Edwin Hubble
pada tahun 1929 bahwa kecepatan di mana galaksi surut berkorelasi
positif dengan jarak, mengarah pada pemahaman bahwa alam semesta
mengembang, dan perumusan teori Big Bang oleh Georges Lemaitre. Pengembangan bom atom di era “Sains Besar” selanjutnya terjadi selama Perang Dunia II, yang mengarah ke aplikasi praktis dari radar dan pengembangan dan penggunaan bom atom. Meskipun proses itu dimulai dengan penemuan siklotron oleh Ernest O. Lawrence di tahun 1930-an. Di bidang Geologi yang paling fenomenal adalah teori “pergeseran benua” oleh Alfred Wegener.
Teori “Lempeng Tektonik” itu sudah digagas pada tahun 1910-an, data
dikumpulkan pada 1950 sampai 1960-an, kemudian diakui dan digunakan pada
tahun 1970.
Selain kimia dan fisika, teknologi komunikasi dan informasi berkembang
pesat pada zaman ini. Sebut saja beberapa penemuan yang dilansir oleh nusantaranews.wordpress.com
sebagai penemuan yang merubah warna dunia, yaitu: Listrik, Elektronika
(transistor dan IC), Robotika (mesin produksi dan mesin pertanian), TV
dan Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi, Komputer, Internet,
Pesawat Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa Pertanian dan DNA,
Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa Material,
Teknologi Kesehatan (laser, IR, USG), Fiber Optic, dan Fotografi
(kamera, video). Kini, penemuan terbaru di bidang Teknologi telah muncul
kembali. sumber lain telah memberitakan penemuan “Memristor”. Ini
merupakan penemuan Leon Chua,
profesor teknik elektro dan ilmu komputer di University of California
Berkeley. Keberhasilan itu menghidupkan kembali mimpi untuk bisa
mengembangkan sistem-sistem elektronik dengan efisiensi energi yang jauh
lebih tinggi daripada saat ini. Caranya, memori yang bisa
mempertahankan informasi bahkan ketika power-nya mati, sehingga tidak
perlu ada jeda waktu untuk komputer untuk boot up, misalnya, ketika
dinyalakan kembali dari kondisi mati. Hal ini digambarkan seperti
menyala-mematikan lampu listrik, ke depan komputer juga seperti itu
(bisa dihidup-matikan dengan sangat mudah dan cepat).[31
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi,
tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara
empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik.
Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan.
Adapun sejarah atau periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan (science) dari masa ke masa, dimulai dari era Pra Yunani Kuno atau zaman purba sampai zaman kontemporer. yaitu:
1. Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Purba)
Pada era ini, secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu: Zaman Batu
Tua (masa prasejarah, era ini berlangsung sekitar empat juta tahun SM
(sebelum Masehi) sampai 20.000 atau 10.000 tahun SM), Zaman Batu Muda
(berlangsung tahun 10.000 SM sampai 2.000 SM atau abad 100 sampai 20 SM)
dan Zaman Logam (berlangsung dari abad 20 SM sampai abad 6 SM).
2. Zaman Yunani Kuno (berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M).
3. Zaman Pertengahan (Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M).
4. Zaman Renaissance (Zaman ini berlangsung pada awal abad 14 M sampai dengan abad 17 M).
5. Zaman modern (Zaman
ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M. Tetapi, indikator
yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20
M).
6. Zaman Kontemporer (Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini).
[1] Endang Syaifudin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987), 43.
[2] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Belukar, 2004), 62.
[3] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 16-17.
[4] Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu. Persyaratan ilmiah tersebut antara lain: 1. Objektif.
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya
dari dalam. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran
objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek
penunjang penelitian. 2. Metodis
adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus
ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Secara umum
metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada
metode ilmiah. 3. Sistematis,
dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh,
terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian
sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga, dan 4. Universal, kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Lihat “Ilmu” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, diakses 12 November 2011.
[5] Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 35-39.
[6] Mohammad Amien Rais, Agenda Mendesak Bangsa, Selamatkan Indonesia! (Yogyakarta: PPSK Press, 2008), 3.
[7] Terdapat perbedaan pembahasan tentang periode perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai literatur, misalnya dalam buku Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar karya Surajiyo (2007), buku Pengantar Filsafat Ilmu karya The Liang Gie (1996), Filsafat Ilmu dan Perkembangannya karya M. Thoyibi (1997), Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan karya Sutarjo Adisusilo JR (1983), Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu karya Conny R. Semiawan dkk. (1999), serta dalam buku Filsafat Ilmu yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001).
[8]
Kurun waktu ini disebut masa prasejarah karena warisan yang
ditinggalkan oleh masa ini tidak “membicarakan” apa pun mengenai
dirinya. Segala sesuatu yang diketahui mengenai masa ini merupakan hasil
kesimpulan para ahli yang meneliti peninggalan-peninggalan yang berasal
dari masa ini. Conny R. Semiawan, dkk. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), 3.
[9] Sutarjo Adisusilo JR, Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Kanisius, 1983), 29.
[10] Dari sudut perkembangan pengetahuan manusia, zaman ini ditandai oleh pengetahuan apa dan bagaimana (know how),
yang diperoleh manusia melalui: 1. Kemampuan mengamati, 2. Kemampuan
membeda-bedakan, 3. Kemampuan memilih, dan 4. Kemampuan melakukan
percobaan berlandaskan prinsip trial and error. Lihat Conny R. Semiawan, dkk. Dimensi Kreatif, 4.
[12] Jadiwijaya, “Sejarah Perkembangan Ilmu” dalam Http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses 13 November 2011.
[13] Soetriono dan SDRm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset Yogya, 2007), 117. Dan lihat pula Semiawan, dkk. Dimensi Kreatif, 6.
[14] Filsafat dan Ilmu Pengetahuan -yang semula tidak terpisah- dengan demikian lahir bersama di awal abad ke-6 SM. Lihat Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 3-4.
[15] Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 82-83.
[16] Menurut Aristoteles, Thales berpendapat bahwa “Air” adalah Substansi dasar (arche) yang membentuk segala hal lainnya. Baginya, air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah
bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan
bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain
itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan
gas) tanpa menjadi berkurang. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa bumi
terapung di atas air. Awang K. Aditya, “History of Thought; Ikhtiar Menziarahi Narasi Agung Filsafat Barat”. Short Outline mengenai sejarah pemikiran filosofis disajikan dalam Training Filsafat UKM Intelektual STAIN Kediri, 4 – 5 Juni 2011.
[19] Jadiwijaya,“Sejarah Perkembangan Ilmu” dalam Http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses 13 November 2011.
[21] Jadiwijaya,“Sejarah Perkembangan Ilmu” dalam Http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses 13 November 2011.
[22]Russell, Sejarah Filsafat Barat, 567.
[23]Jamaludin Assalam, “Makalah Sejarah Perkebangan Ilmu”, dalam http://jamaludinassalam.wordpress.com/2011/03/30/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses 12 November 2011. Untuk lebih lengkap mengenai sosok ilmuwan muslim diatas lihat Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 82-91 serta buku Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat, tentang Kebudayaan dan Filsafat Islam, 558-569.
[24]Jadiwijaya,“Sejarah Perkembangan Ilmu” dalam Http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses 13 November 2011.
[25]Jamaludin Assalam, “Makalah Sejarah Perkebangan Ilmu”, dalam http://jamaludinassalam.wordpress.com/2011/03/30/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses 12 November 2011.
[27] Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 2001), 79.
[28] Lihat juga Surajiyo, Filsafat Ilmu, 86. Dan Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu, 79-83.
[29] Muhammad Thoyibi, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 1997), 59.
[30] Surajiyo, Filsafat Ilmu, 89.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar